Merefleksikan Tradisi bersama Putu Shanty

Putu Shanty adalah seorang intelektual terkemuka di Bali pada pertengahan abad ke-20. Cerita-cerita pendeknya yang mengusung realisme sosialis dirancang bukan hanya sebagai intervensi yang bertujuan membentuk sejarah tetapi juga berfungsi sebagai dokumen berharga dari wacana sejarah. Tulisan-tulisannya mencerminkan konflik yang ada di kalangan intelektual Bali antara usaha melestarikan aspek-aspek khas Bali dalam agama dan mendukung modernisasi serta reformasi untuk mencapai masyarakat yang lebih egaliter.

Pemikiran Shanty tentang keadilan sosial lenyap setelah kematiannya pada tahun 1965, di mana ia menjadi salah satu dari 500.000 hingga 1.000.000 korban dalam pembantaian anti-komunis pada periode tersebut. Pandangan progresifnya terkait dengan konsep ‘modern’ berbenturan dengan industri pariwisata budaya atau budaya pariwisata Bali (Picard 1996).

Putu Shanty banyak berbicara soal ‘anti feodalisme’, implikasinya untuk Bali sangat khusus, melibatkan perjuangan sosial lokal dan upaya untuk mendefinisikan ulang konsep-konsep keagamaan. Peran yang dimainkan intelektual seperti Shanty yang menyoroti disparitas signifikan antara wacana pada tahun 1950-an dan konstruksi kontemporer ‘tradisi’ pada awal abad ke-21, membuat kami terpantik untuk membaca ulang tulisan dan cerita-cerita soal Putu Shanty. Melalui diskusi lingkar kecil ini kami ingin melihat ulang sekaligus merefleksi bagaimana Shanty memandang tradisi dengan semangat zamannya dan bagaimana kita hari ini merefleksikannya.

Mari nongkrong!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *