Memotret Denyut Kota

Pada awal 1800-an, Charles Nègre melalui karyanya yang merekam kehidupan jalanan kota Paris, dianggap sebagai pelopor genre street photography. Namun, Henri Cartier-Bresson lah yang benar-benar mempopulerkan genre ini, terutama setelah diperkenalkannya kamera kecil 35mm. Kamera yang ringan dan praktis ini memungkinkan Cartier-Bresson untuk berinteraksi lebih spontan dengan lingkungan sekitarnya, merekam momen-momen yang terjadi secara alami, yang kemudian dikumpulkan dalam mahakaryanya, The Decisive Moment. Buku ini menginspirasi generasi baru fotografer yang memanfaatkan street photography untuk mendokumentasikan kehidupan sehari-hari di kota-kota besar. Kita mengenal Ara Güler dengan Istanbul-nya, Robert Doisneau dengan Paris, Sergio Larrain dengan Valparaíso, William Klein dengan New York, dan di Indonesia, ada Eric Prasetya dengan Jakarta. Lalu, bagaimana dengan Denpasar? Bagaimana kalau kita mencobanya? Beramai-ramai?

Sabtu ini, program Membaca Denpasar dari Dekat Sekali kembali lagi! Di sesi 5, kita akan kembali jalan-jalan di sekitar titik nol kota Denpasar. Sembari menangkap momen untuk dikumpulkan dan dibicarakan. Bersama Putu Sayoga, salah satu fotografer dokumenter berbasis di Bali, kita akan berkeliling momotret kota Denpasar; memotret lalu lalang kendaraan, pasar tradisional, pura, gang-gang sempit dan pedagang kaki lima. Setiap sudut kota menawarkan cerita: dari hiruk-pikuk Pasar Badung hingga tenangnya suasana sore di Lapangan Puputan, atau pemandangan kontras antara turis dan penduduk lokal yang sibuk beraktivitas. Jika kawan-kawan luang, mari datang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *