Yang Nyata dan Yang Terbayangkan; Denpasar dalam Sastra Indonesia

Sesi 3: Membaca Denpasar dari Dekat Sekali. Pertemuan kali ini dikemas menggunakan format forum dengan 4 penanggap + kawan-kawan yang hadir. Diskusi ini akan membahas representasi Denpasar dalam fiksi Indonesia, dengan merujuk pada arsip cerpen yang berlatar Denpasar sejak tahun 1950-an. Beberapa cerpen ini adalah “Kisah di Jembatan Badung” (1954) karya Gangga Sila, “Denpasar Kota Persimpangan” (1955), “Disaksikan oleh Sungai Ayung” (1955) karya L.S. Selasih, “Sanur Tetap Ramai” (1970) karya Faisal Baraas, “Flamboyan” (1978) karya Gde Aryantha Soethama, dan “Tugu Kenangan” (1987) karya Ngurah Parsua. Cerpen-cerpen itu menampilkan kota Denpasar sebagai latar cerita, menjadikannya subjek utama yang mencerminkan dinamika sosial dan budaya pada masa itu. Dalam pembacaan ini, juga akan melihat cerpen-cerpen Denpasar tahun 2000an, termasuk cerpen terbaru mengenai Denpasar yang sementara berhasil diidentifikasi adalah “Sinar Bulan di Jalan Tantular” (2019) karya Jong Santiasa Putra.

Puluhan cerpen yang telah dihimpun sementara ini akan dibandingkan dengan catatan sejarah tentang Denpasar antara tahun 1950-1970. Dari perbandingan ini, kita akan bersama-sama menelaah konteks perkembangan Denpasar, serta perubahan yang terjadi pada masa-masa setelahnya, memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai bagaimana Denpasar direpresentasikan dalam karya fiksi Indonesia sepanjang dekade tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *